Blog ini cuma sebuah laku bacalah, bukan bacakanlah.

Sebab bisikan selalu jatuh lembut di telinga, tak seperti teriak yang menghantam pekak.
Tidak seperti gema yang menggelantah dengan dobrakan gelora, melainkan lebih ingin gaungnya pribadi dan dadi abadi.
Untuk disimpan di dalam batin, bagai bersemedi di dalam nadi.

Makna bersembunyi pada selumbar-selumbar semantik, pada pendar-pendar punktuasi. Walaupun ia akan dijumpai bilamana dicari.

September 5, 2012

cinemact


they took everything from me.
i'll kill all of them.
- Salt (2010)

exuberant germs

mereka bagaikan
kutu kutu kuman
.
mengotori ibukota
menyemuti halte, terminal, dan stasiun
merambat meluruhi lapisan permukaan
.
menyelip di serat-serat jalan
menyublim tiap ruang pori-pori
menghabisi yang tlah habis
memenuhi yang tlah penuh
menyesaki yang tlah sesak
_
they look all similar
pakaian serupa
ekspresi serupa
_
mereka berharap sesuatu
kehausan
dari cipratan
minum dari seloki bukan selokan
_
tak ubahnya mikroba
cuma menggerogoti remah serta lendir dari kepingan jekata
_
kadang bosan dengan mengais sisa
ingin memakan utuh dari tengah mimpi mereka
_
mereka kecil, anonim, massal
sekumpulan contoh nyata bagi produk nonsens bernama stereotip
yang mana data statistik pada nanti mengutip

jadilah garam. sejumput yang mengasinkan sepinggan nasi. sebab sudah banyak sekali yang jadi nasi saja. tanpa rasa tanpa warna.

April 22, 2012

down to the highest

Bumi bulat. Kalau berjalan terus ke arah utara, akan sampai di selatan.
Seperti dua kamar berseberangan. Bila terus menabrak dinding pembatas, menjumpai dunia baru di seberang.

Mungkinkah hal-hal dalam hidup demikian juga adanya. Menyimpan kebalikannya pada tingkap tertentu. Suatu waktu tingkap itu bobol oleh kejenuhan sifat yang menerus mendesak, melampaui klimaks.
Tatkala manusia membongkar antitesis (A’) dari tesis (A), muncul cerminan berlawanan, that emerges a paradox. Yet this paradox is toxicant.

Such paradox-toxic is an oddity that you’ve been realizing. So rare, so often. You say so sudden, when you denying the fact: you did wait it for long…


Seorang Prasetya Erik berani melata di atas banalitas hingga (inevitably?) menemukan estetika, jadi ya, sampai di titik tertentu, di mana kita sudah ditidakmampukan untuk mengerti, kita mengerti.

Di poin kemanusiaan yang mana tadinya dinafikan, manusia beroleh kekuatan.
Ketika mimpi terlebur oleh realita, meleburlah mimpi dan realita. Menjadi angan swadaya.

Stop decontaminating. Because you end up helplessly contaminated.
Play it loud as fuck and dance to it.

Asap pada kepul debu,
peluk basa, asal kedu, pasak dua,
tertatih lembut angin.

Kekosongan yang menyakiti, ketiadaan yang melingkupi, tetapi waktu manusia tidak balik menekan, menyadari he himself has already lost all every things that he doesn’t have no more thing to lose, he can fight to the last blood.


Maria bersama Ralf Hart:
”Dalam kepasrahan itu, kami akhirnya dihampiri kebebasan.”












And this is written, I think, is for sake of very utmost paradox-toxic we find love in hopeless place.





Just leave the ((live every day of your life)) chant,
so begin ((screw my life. i’ll just live.))
PS. Me know that is the paradox of your and most people’s thought.

December 20, 2011

slavery

i'm not complaining, right here.
i'm just wanting back at that time.
when me still enjoyed to write and sing.
write and sing.

positive side though? maybe someday on future i could make a piece manual handbook, about how to handle all of your boss(es).

October 17, 2011

oxymoron

lanang
setiap menit merupakan tegar yang rapuh.
mengenang dijerang sesal yang kelabu.

mengeruk dari sisa-sisa peninggalan selapis sinar, tangis ini perca.


anggapan kalau mengakhiri adalah bagian tersulit, sebetulnya salah.
titik akhir menandaskan penderitaan.
titik akhir berlandaskan keberanian disokong kecongkakan, bercokol pesona kebanggaan karena (merasa) mampu mengakhiri.

titik awal baru, yang kerap disepelekan, justru yang tersulit.
sama halnya dengan malam gelap tidak menakutkanmu, tetapi pagi cerah keesokannya membuatmu kisut, sebab itu pertanda kau harus melangkah melanjutkan. tanpa tahu sejahiliyah apa yang terbungkus menantimu di jalan kehidupan di depan. terlebih dari itu pun, aku tak ingin pergi.

sebab melupakanmu adalah mesti yang meski.
maka hidupku berjalan sebagai sebuah pencarian: sementara yang kekal.

July 11, 2011

nubia medley in F

To sail away to half discovered places…
To see the secret so few eyes have seen…

Come with me, where chains will never bind you…

We seize the day
We turn the time
We catch the stars

We moving to the chanted land.

Leaving the world misfortune far behind…. Past is another land…
The more that we explore, the more we shall return.

I never have abandoned, and nor I think could you, that spark of hope for freedom.. Yet love, scent of your beloved one on yours.

Take my love, lead me to a salvation
For love is everlasting, and remember truth that once was spoken
To love another person is to see the face of God



Open your door. Hanging there with me.

July 2, 2011

the gatekeeper

for WORLD PRESS FREEDOM DAY 2011
*gatekeeper (terj. bebas) = penjaga masa

ini masih seputar dunia para fakir cerita
mencuri dan menangkap setiap peristiwa
yang terjadi antara gurat cakrawala dan senja
before annihilates into crappy vacant hope...

tempat di mana citra diabai, cinta dimaknai
hingga pada suar planet-planet terluar
membangun monumen-monumen momen
and look, the sun we put is now rising...

cabikan dimensi, yang tak ubahnya abadi,
terekam oleh pena dan lensa kami,
dibingkai nurani.

grace that has brought us thus far

Kalayan asmana Rama sareng Putra sareng Ruh Suci. Hamin.

Kanjeng Rama nu jumeneng di suwarga,
mugi dimulyakeun jenengan Gusti,
mugi sumping kerajaan Gusti,
mugi kalaksanakeun pangersa Gusti,
di dunya sapertos di sawarga.
Mugi gusti maparim rejeki ka abdi sadaya dina dinten ieu.
Sareng mugi Gusti ngahapunten kalepatan abdi sadaya,
sapertos abdi sadaya oge ngahapunten kanu garaduh kalepatan ka abdi..
Sareng mugi Gusti ulah ngalabetkeun abdi sadaya kana panggoda,
nanging mugi Gusti ngalepaskeun abdi saya tina kaawonan.
Hamin.

based on true experience

hopelessly life of some people are containing no meaning.
they need to adopt another people's life.

likely they love the idea that their life has been added with value. even though the thinking is staying in das sollen. those people are unsurprisingly idiot.

then pity, they usually do not fix it. (they can't). once again only idiocy rules, yes, here. and considering that disappointing scene of fact, don't talk furthermore about self-identity. do you expect they have any?

my honest biggest question at last. if your life is just as meaningless as you, why should you live any effing way? what for?

faithful fiction (ii)

Teresa to Huda
We will make it.
Because we know entirely, what we fight.

Cerita kita juga sama, muasal dan tujuan. Dingin yang sama, hangat yang sama.

Adalah sekelumit abstraksi yang membuat aku mencintaimu. Tapi abstraksi ini tak rumit, tak sempit. Hanya seolah ada nada-nada pentatonis yang memberikan kenyamanan saat dibunyikan.

Kerelaan ini. Keredaan ini.
I want to be in your embrace forever. For love of us is a significant gratia of the Original. It is not disastrous ignominy.

I breath it. I wear it. We will make it.

October 26, 2010

faithful fiction

Huda to Teresa
Di dalam relung-relung mimpiku yang paling purba kamu hadir. Mimpi yang muncul mengiris malam dengan keji yang manis. Dan kekosongan alam terkuak oleh kemurnianmu, yang mengisinya penuh. Tidakkah aku bintang pada sebidang langit yang bersih.

Padepokan-padepokan itu saksinya. Kalau kelak, entah kapan, orang-orang akan sadar dan bertanya. Saat ini mereka limbung dan kata-kata mereka tidak berarti lebih daripada sebuah khilaf. Pendopo, dan serambi, bakal bicara. Singkap semua.

Setiap kubik ruangan mengandung keagungan, kekuatan, kesucian. Tiupan ketuntasan bagi hati yang sejati. Kutemukan kamu ada padanya. Sahaya bercahaya. Setelahnya namamu selalu dalam dzikirku. Tak putus saling menyapa raga serta jiwa. Menyelami ganjaran kemustahilan yang semakin terasa berkah. Kita. Kamu kentara, aku alpa.

Sebab kamu adalah dirimu, entitas yang terbentuk melalui setubuh keikutsertaanku. Seperti suatu komposisi garapan, layaknya suatu sistem terintervensi. Aku berbagi denganmu pada tumpu ajaran pasrah yang turah dan benih yang kasih.

Pun kita punya obsesi yang sama tentang terpenjara di balik tembok pagar berjeruji. Jeruji yang justru memelihara kita tak tersentuh, dari tata fana, bebaskan kita nuju pencarian pulang bumi. Menuliskan jilid kedua humanitas, buat mengganti seri yang lama yang musnah telah.




(perjalanan Jakarta-Indramayu, 2010)