Blog ini cuma sebuah laku bacalah, bukan bacakanlah.

Sebab bisikan selalu jatuh lembut di telinga, tak seperti teriak yang menghantam pekak.
Tidak seperti gema yang menggelantah dengan dobrakan gelora, melainkan lebih ingin gaungnya pribadi dan dadi abadi.
Untuk disimpan di dalam batin, bagai bersemedi di dalam nadi.

Makna bersembunyi pada selumbar-selumbar semantik, pada pendar-pendar punktuasi. Walaupun ia akan dijumpai bilamana dicari.

December 14, 2009

letter from a cello bliss

aku akan
memainkan sebuah sonata
dengan serunai

brahms dan tchaikovsky
wagner dan chopin
mozart yang dinamis
bahkan claudio monteverde

persetan cemooh orang
kamu juga belum lahir pada zaman zaman itu

semua telah lama ada, dan masih dipertahankan
sebab keindahan tak lekang oleh waktu
kelak kita menyebutnya budaya

lestarikan jangan lupakan
abadikan jangan abaikan

tapi kenyataan mematri sesuatu yang paradoks

hanya negeri dengan namanya sendiri yang memelihara budaya
untuk satu ini swasta tak punya fasilitas fakultas

dasar feodal
umpat segelintir badut


urban metropolis sinting
masyarakat kapitalis kotor


upaya ini lebih bernilai
dari kekosongan yang mengakari hidup kalian
terutama akhir-akhir ini
mau diasong kemana kepala berisi melulu materi?
(( ))

tapi kamu tidak bisa meniup serunai, kak
sela adikku

aku mendengus
kalau demikian,
akan kubawa celloku sampai vienna
lalu memainkan indonesia raya

sumbangsih sepenuh hati
kepada bangsa yang berarti.