Blog ini cuma sebuah laku bacalah, bukan bacakanlah.

Sebab bisikan selalu jatuh lembut di telinga, tak seperti teriak yang menghantam pekak.
Tidak seperti gema yang menggelantah dengan dobrakan gelora, melainkan lebih ingin gaungnya pribadi dan dadi abadi.
Untuk disimpan di dalam batin, bagai bersemedi di dalam nadi.

Makna bersembunyi pada selumbar-selumbar semantik, pada pendar-pendar punktuasi. Walaupun ia akan dijumpai bilamana dicari.

geliat ozone

halaman ini diperuntukkan menjadi ruang reinkarnasi bagi karakter-karakter yang saya cintai
yang kebersamaannya adalah mutlak ibarat ikatan ozon, sebuah molekul dengan tiga atom, "kita bertiga menjelma ozon yang bahagia"
O3 - parang jati * marja manjali * sandi yuda

mencari, menguak, menemui, menguliti, memaknai, memahami,
ketiga sisi ini, beserta garis yang menghubungkannya hingga membentuk keindahan. di dalam percakapan. yang tidak pernah akan terselesaikan.

Yuda adalah bilangan satu, Marja bilangan nol, Parang Jati bilangan hu.


Dari puncak Watugunung jarak bulan adalah fatamorgana.  
Jika suatu hari air meluap kembali dan menutupi daratan sebab ozon telah sepenuhnya koyak; ya, jika suatu hari laut menutupi muka bumi lagi, maka di dalamnya berkeriapan makhluk-makhluk kerajaan air yang akan menghasilkan zat asam lagi. Lapisan oksigen terluar itu akan bereaksi lagi dengan matahari, membentuk selubung ozon. Semua seperti proses semula. Seperti semula. Lalu terciptalah kembali karya kehidupan baru.

yuda:
Aku berdiri di pasir, memandang arah laut selatan. Parang Jati tak pernah lagi menatap mataku. Sebab jika ia ada, ia selalu di sampingku, sedikit di belakang. Ia masih suka bercerita tentang bumi.

jati:
Aku tahu, perlu waktu bagimu untuk mengerti.
Biarlah kebaikan yang menjadi pada hari ini. Kebenaran itu selalu dalam future tense. Sayangnya bahasa kita tak mengenal penanda kala. Idealnya, kita sudah memasuki era postmodern. Tapi, apa yang dimaksud dengan postmodern? Dan siapa 'kita' yang dimaksud di sini? Era ini adalah era di mana peradaban sudah mengalami, atau sekadar mencicipi dalam bentuk compressed (dipadatkan), perkembangan kesadaran.

yuda:
How many roads must a man walked down, before they call him a man.
It's getting dark, too dark to see. Think I'm knockin' on heaven's door....

marja:
Aku merasa lapang ketika aku bisa paham hubunganku dengan Parang Jati dan Yuda sebagai hubungan antarmanusia, bukan hubungan perempuan-lelaki. Aku tidak menyangkal nafsu-nafsu yang ada di antara kami.
Namun semoga kelak birahi sublim dalam narasi.
Ada banyak hal lain pada manusia yang membuat kita mampu menyimpan syahwat di tempat yang baik, di balik rerusuk.

yuda:
Sampai saat kutulis ini, tigabelas tahun kemudian, masih banyak misteri. Ada di dalam diri Parang Jati yang tak pernah terbukakan secara penuh bagiku. Aku tahu bahwa mengenai seks ada luka dalam diri Parang Jati. Aku hanya menduga dengan kepekaanku yang terbatas. Tetapi setiap orang memiliki bagian sensitif yang tak perlu kita orak.

jati:
Tidakkah yoni itu goa, seperti nol? Dan lingga itu tegak, seperti satu?
Tapi nol juga sebuah siklus yang tak berujung. Sementara satu kaku dan terputus.
Bayangkanlah suatu perjalanan meninggalkan Jawa Tengah menuju Jawa Timur. Kau meninggalkan Borobudur, meninggalkan Mendut, meninggalkan Prambanan dan Sewu. Senja turun, candi-candi nan agung itu menjadi bayang-bayang gelap di muka langit merah. Mereka besar dan masif bagaikan tebing dan bukit alam. Lihatlah. Matahari terbenam. Candi-candi kini menjadi siluet, sebelum gelap menyembunyikan mereka ke dalam misteri.
Dan ketika matahari terbit, kita telah tiba di masa yang lain.
Maka, bukalah matamu.

marja:
Matanya. Matanya berkata kepadamu bahwa di dalam sana ada rasi-rasi bintang. Jelajahilah. Alamilah.
Ini hari terakhir aku membasuh tubuhmu.

yuda:
Bagaimana kamu tahu saya bisa dipercaya?

jati:
Ada yang dinamakan luas pengertian.
Ada pernyataan negatif, ada pernyataan positif.
Jika hasil pencarian kita negatif, maka kita tidak bisa mengambil kesimpulan positif.

marja:
Aku mencuri waktu untuk menyalin raut itu lagi. Ingin menatap mata itu dari depan. Menyaksikan. Mata yang menampakkan luka yang dalam tapi indah. Malaikat yang memar oleh gravitasi.

jati:
Kita manusia mungkin tidak punya kemampuan untuk mengampuni (barangkali hanya Tuhan yang bisa mengampuni). Yang bisa kita lakukan adalah berdamai.



















disarikan dari Seri Bilangan Fu [Juni 2008-.....]