Blog ini cuma sebuah laku bacalah, bukan bacakanlah.

Sebab bisikan selalu jatuh lembut di telinga, tak seperti teriak yang menghantam pekak.
Tidak seperti gema yang menggelantah dengan dobrakan gelora, melainkan lebih ingin gaungnya pribadi dan dadi abadi.
Untuk disimpan di dalam batin, bagai bersemedi di dalam nadi.

Makna bersembunyi pada selumbar-selumbar semantik, pada pendar-pendar punktuasi. Walaupun ia akan dijumpai bilamana dicari.

February 27, 2010

fraternity forum

Lord jehovah
we extole Thee
we sing your praise
among the nations

drawing us into the
holiest communion

Elom Angelika
Yosafat Zebd Jacinda
Pirene Lizbeth Anselmus
Kay Trish Xu Savigno

destruction

Tapi, mengapa harus selalu datang padaku yang terlarang?, bisiknya pada kegelapan.
Cinta yang terlarang dirasakannya seumpama buah yang memicu reaksi racun dalam saliva ketika ditelan. Buahnya sendiri sempurna tiada bercacat. Membuat liur terbersit. Ia selalu tergoda untuk mencicip.
Sedikit, segigit.
Adiktif.
Lalu terjerat ia karena buah itu jahat—kejahatan tersembunyi.


Setelah menjerumuskannya dalam neraka tak bertepi, cinta itu menguap lenyap. Dirinya ditinggal, menjadi korban tunggal, seolah memang ia anak bengal yang layak dipenggal. Ia tidak mendapatkan peluang membeberkan alasan, atau menjelaskan.
Semua didoktrin hitam dan putih. Hanya ada lapisan teratas dan terbawah tanpa tengah.

Pun ia merasa dikhianati.
Sebab aforisme cinta berbalik menyerang, meracuni, menghabisi. Ia terhempas oleh kepercayaannya akan cinta yang sakra.
Kepercayaan yang telah dibangun melalui masa-masa pergulatan yang mewaktu.


Bahwa semua itu bermula pada hari-hari ketika hukum tentang cinta pertama kali dinubuatkan, membuat segalanya lebih buruk. Hukum tersebut mendefinisi siapa yang harus dicintai. Dan bagaimana caranya. Dan seberapa banyak. Kepicikan pragmatis.

_______________

catatan: merupakan alinea-alinea pada bab pertama novel TSDB, and been published here for sentimental reason

February 18, 2010

alligator/plagiator

Dua orang sahabat yang bersahabat erat, sebegitu erat, begitu erat sampai terasa mengharukan....sulit dipercaya ternyata ialah rendahan tidak berharga.
Camkan, I WILL HATE YOU TIL MY DYING DAY.

You should shame on yourselves.
Provided you can't have your word, don't use other's.
Sometimes we do borrow or quote another people's words, but definitely not in sort of cheap way.

Originality is one, big, prime. Genuine. No excuse for stealing.

For this fleeting earth sake! As a student in journalism school that suppose to know the rule of plagiarism, the boundary line >> just admit you are that disgusting.

Und un-involved me from your fancy friendship since I'm sick of its fuck fake. Heaven bless your servile dirt souls.

February 11, 2010

pure embodied spirit

good morning, dearest shooting star (altho there now you're up to midnight..)

thank you for the call last night, it's such bliss. a treasure moment, even a briefest moment i spent with you.
to hear your voice is reminiscing.

gazing each other, consideration hits me.
that am missing you on highest dose, where reasons are totally beyond.
i miss the valley. i miss the stone. i miss the weather. i miss the ting-a-ling. i miss the bench. i miss the poured rain. i miss your hand in my hair. i miss your existence, the most.

but i slept with smile.
because knowing you are last person i talked to before i end my day, does soothe.

they said to love is to receive a glimpse of heaven, i think it is.
every fear faded. entire friendshit matter, all faded. can always i turn to you.

(*) anw, i make this so not complicated that you shall just sit, start reading, and feel loved. understand you goin' through hard days and nights too. this's simply just a little note to remain, us as certain. for utter blank future probably?