Blog ini cuma sebuah laku bacalah, bukan bacakanlah.

Sebab bisikan selalu jatuh lembut di telinga, tak seperti teriak yang menghantam pekak.
Tidak seperti gema yang menggelantah dengan dobrakan gelora, melainkan lebih ingin gaungnya pribadi dan dadi abadi.
Untuk disimpan di dalam batin, bagai bersemedi di dalam nadi.

Makna bersembunyi pada selumbar-selumbar semantik, pada pendar-pendar punktuasi. Walaupun ia akan dijumpai bilamana dicari.

November 26, 2007

Q for life

inilah pertanyaan-pertanyaanku untuk kehidupan

Datang dan pergi. Bertanya dan menjawab. Sesaat dan menyentuh.

Mereka semua selalu benar. Tetapi haruskah meniadakan ketiadaan?
Mustikah menegaskan hujan?
Haruskah mengingkari ingkar?
Mustikah memastikan kepastian?

Keterbatasan yang sempurna. Kesempurnaan yang terbatas.
Menerima bahwa hidup ialah sesuatu yang tiada.
Tentang pembebasan. Tentang kerinduan. Tentang dusta. Tentang kesetiaan.

Simpan semua cerita yang dibisikkan langit. Biar menjadi rahasia hatimu sendiri, simpanlah itu, jangan biarkan orang lain mengerti dan menyadarinya.
Hari-hari. Berjalan sangat lambat.

Adakah sebuah hubungan yang terjalin mesti dinamai? Hingga kehidupan berjalan sebagaimana mestinya? Tidak cukupkah hanya dengan menyebutnya bisu saja?

Sebuah pemaknaan klasik yang sesungguhnya aku hindari untuk memaknai.

Tak bolehkah aku berhenti sejenak?

Selamat datang abadi, bersediakah kau mengambil sunyi ini…? [ ]


Dikutip dari :
K A L S I T A / MuSHG
sebagai kata-kata terbaikmu bagiku

1 comment:

Anonymous said...

wew........
kutipan ini oke banged........
ada kesan ekspresi dimana seseorang sebenernya ingin hidup ini cukup untuk dijalanin, gag neko2 gt..... hmmmmm
kyk ada sosok plegmantis melankolisnya ya?