Blog ini cuma sebuah laku bacalah, bukan bacakanlah.

Sebab bisikan selalu jatuh lembut di telinga, tak seperti teriak yang menghantam pekak.
Tidak seperti gema yang menggelantah dengan dobrakan gelora, melainkan lebih ingin gaungnya pribadi dan dadi abadi.
Untuk disimpan di dalam batin, bagai bersemedi di dalam nadi.

Makna bersembunyi pada selumbar-selumbar semantik, pada pendar-pendar punktuasi. Walaupun ia akan dijumpai bilamana dicari.

October 17, 2011

oxymoron

lanang
setiap menit merupakan tegar yang rapuh.
mengenang dijerang sesal yang kelabu.

mengeruk dari sisa-sisa peninggalan selapis sinar, tangis ini perca.


anggapan kalau mengakhiri adalah bagian tersulit, sebetulnya salah.
titik akhir menandaskan penderitaan.
titik akhir berlandaskan keberanian disokong kecongkakan, bercokol pesona kebanggaan karena (merasa) mampu mengakhiri.

titik awal baru, yang kerap disepelekan, justru yang tersulit.
sama halnya dengan malam gelap tidak menakutkanmu, tetapi pagi cerah keesokannya membuatmu kisut, sebab itu pertanda kau harus melangkah melanjutkan. tanpa tahu sejahiliyah apa yang terbungkus menantimu di jalan kehidupan di depan. terlebih dari itu pun, aku tak ingin pergi.

sebab melupakanmu adalah mesti yang meski.
maka hidupku berjalan sebagai sebuah pencarian: sementara yang kekal.

1 comment:

Anonymous said...

sementara yang kekal. lets be grateful for some bitter experience that could put sweet words to our mind.