Blog ini cuma sebuah laku bacalah, bukan bacakanlah.

Sebab bisikan selalu jatuh lembut di telinga, tak seperti teriak yang menghantam pekak.
Tidak seperti gema yang menggelantah dengan dobrakan gelora, melainkan lebih ingin gaungnya pribadi dan dadi abadi.
Untuk disimpan di dalam batin, bagai bersemedi di dalam nadi.

Makna bersembunyi pada selumbar-selumbar semantik, pada pendar-pendar punktuasi. Walaupun ia akan dijumpai bilamana dicari.

July 11, 2011

nubia medley in F

To sail away to half discovered places…
To see the secret so few eyes have seen…

Come with me, where chains will never bind you…

We seize the day
We turn the time
We catch the stars

We moving to the chanted land.

Leaving the world misfortune far behind…. Past is another land…
The more that we explore, the more we shall return.

I never have abandoned, and nor I think could you, that spark of hope for freedom.. Yet love, scent of your beloved one on yours.

Take my love, lead me to a salvation
For love is everlasting, and remember truth that once was spoken
To love another person is to see the face of God



Open your door. Hanging there with me.

July 2, 2011

the gatekeeper

for WORLD PRESS FREEDOM DAY 2011
*gatekeeper (terj. bebas) = penjaga masa

ini masih seputar dunia para fakir cerita
mencuri dan menangkap setiap peristiwa
yang terjadi antara gurat cakrawala dan senja
before annihilates into crappy vacant hope...

tempat di mana citra diabai, cinta dimaknai
hingga pada suar planet-planet terluar
membangun monumen-monumen momen
and look, the sun we put is now rising...

cabikan dimensi, yang tak ubahnya abadi,
terekam oleh pena dan lensa kami,
dibingkai nurani.

grace that has brought us thus far

Kalayan asmana Rama sareng Putra sareng Ruh Suci. Hamin.

Kanjeng Rama nu jumeneng di suwarga,
mugi dimulyakeun jenengan Gusti,
mugi sumping kerajaan Gusti,
mugi kalaksanakeun pangersa Gusti,
di dunya sapertos di sawarga.
Mugi gusti maparim rejeki ka abdi sadaya dina dinten ieu.
Sareng mugi Gusti ngahapunten kalepatan abdi sadaya,
sapertos abdi sadaya oge ngahapunten kanu garaduh kalepatan ka abdi..
Sareng mugi Gusti ulah ngalabetkeun abdi sadaya kana panggoda,
nanging mugi Gusti ngalepaskeun abdi saya tina kaawonan.
Hamin.

based on true experience

hopelessly life of some people are containing no meaning.
they need to adopt another people's life.

likely they love the idea that their life has been added with value. even though the thinking is staying in das sollen. those people are unsurprisingly idiot.

then pity, they usually do not fix it. (they can't). once again only idiocy rules, yes, here. and considering that disappointing scene of fact, don't talk furthermore about self-identity. do you expect they have any?

my honest biggest question at last. if your life is just as meaningless as you, why should you live any effing way? what for?

faithful fiction (ii)

Teresa to Huda
We will make it.
Because we know entirely, what we fight.

Cerita kita juga sama, muasal dan tujuan. Dingin yang sama, hangat yang sama.

Adalah sekelumit abstraksi yang membuat aku mencintaimu. Tapi abstraksi ini tak rumit, tak sempit. Hanya seolah ada nada-nada pentatonis yang memberikan kenyamanan saat dibunyikan.

Kerelaan ini. Keredaan ini.
I want to be in your embrace forever. For love of us is a significant gratia of the Original. It is not disastrous ignominy.

I breath it. I wear it. We will make it.

October 26, 2010

faithful fiction

Huda to Teresa
Di dalam relung-relung mimpiku yang paling purba kamu hadir. Mimpi yang muncul mengiris malam dengan keji yang manis. Dan kekosongan alam terkuak oleh kemurnianmu, yang mengisinya penuh. Tidakkah aku bintang pada sebidang langit yang bersih.

Padepokan-padepokan itu saksinya. Kalau kelak, entah kapan, orang-orang akan sadar dan bertanya. Saat ini mereka limbung dan kata-kata mereka tidak berarti lebih daripada sebuah khilaf. Pendopo, dan serambi, bakal bicara. Singkap semua.

Setiap kubik ruangan mengandung keagungan, kekuatan, kesucian. Tiupan ketuntasan bagi hati yang sejati. Kutemukan kamu ada padanya. Sahaya bercahaya. Setelahnya namamu selalu dalam dzikirku. Tak putus saling menyapa raga serta jiwa. Menyelami ganjaran kemustahilan yang semakin terasa berkah. Kita. Kamu kentara, aku alpa.

Sebab kamu adalah dirimu, entitas yang terbentuk melalui setubuh keikutsertaanku. Seperti suatu komposisi garapan, layaknya suatu sistem terintervensi. Aku berbagi denganmu pada tumpu ajaran pasrah yang turah dan benih yang kasih.

Pun kita punya obsesi yang sama tentang terpenjara di balik tembok pagar berjeruji. Jeruji yang justru memelihara kita tak tersentuh, dari tata fana, bebaskan kita nuju pencarian pulang bumi. Menuliskan jilid kedua humanitas, buat mengganti seri yang lama yang musnah telah.




(perjalanan Jakarta-Indramayu, 2010)

September 13, 2010

the most in the world

What do you do when the one who broke your heart is the only one who's probable to fix it? What can you do?

I never thought I'll know.





Fate.
Therefore, could only you fill a hole with what came out of it.





We forget, sometimes, how much the world can hurt. It can hurt people we love, people we don't, people caught in the middle, even people who would give anything if they could just never, ever get hurt again. But sometimes the hurt can't be avoided. It's just coming at us and can't be stopped, it's in us and can't be seen, or is lying next to us in the dark waiting. But sometimes it doesn't come at all. Sometimes, we get this other thing that flutters down out of nowhere and stays just long enough to give us hope. Sometimes but rarely, barely, but just when we need it the most and expect it the least, we get a break. (this is taken from 'In Plain Sight').

August 5, 2010

a bait of memory

Ia mengisap rokok dalam-dalam. Aroma tembakau meluruhi ruangan.
"So whats the deal?" tanyanya.
Tak habis pikir aku sama sekali. Striker maniak macam dia bisa selalu menghabiskan tidak kurang dua bungkus rokok per hari.
"Kamu boleh ngudut tapi sebanyak aku saja," jawabku.
"You're not a smoker," katanya mengejek.
"I do smoke."
"Eventually, yes... Hahaha"
ia mengacak ringan rambutku.
"At least try," aku melunak juga.

Tawa lagi. Namun ia tidak membantah. Maupun bicara sepatah.
Sebab saat bercakap dianggapnya sudah selesai.
It's a time for unspoken words.

Tangannya bergerak meraih gitar yang tergeletak di tempat tidur, lalu memainkannya.




I think there'll come a day when I won't miss or wonder about him anymore. But I guess today won't be it. Every atom of me miss him; so schlecht.

July 9, 2010

tuning up

anything you lose
comes in another form
another day
another way
another rhyme
another dance
another chance
another long, warm embrace

so do not grieve
see you there.

please do not grieve.


February 27, 2010

fraternity forum

Lord jehovah
we extole Thee
we sing your praise
among the nations

drawing us into the
holiest communion

Elom Angelika
Yosafat Zebd Jacinda
Pirene Lizbeth Anselmus
Kay Trish Xu Savigno

destruction

Tapi, mengapa harus selalu datang padaku yang terlarang?, bisiknya pada kegelapan.
Cinta yang terlarang dirasakannya seumpama buah yang memicu reaksi racun dalam saliva ketika ditelan. Buahnya sendiri sempurna tiada bercacat. Membuat liur terbersit. Ia selalu tergoda untuk mencicip.
Sedikit, segigit.
Adiktif.
Lalu terjerat ia karena buah itu jahat—kejahatan tersembunyi.


Setelah menjerumuskannya dalam neraka tak bertepi, cinta itu menguap lenyap. Dirinya ditinggal, menjadi korban tunggal, seolah memang ia anak bengal yang layak dipenggal. Ia tidak mendapatkan peluang membeberkan alasan, atau menjelaskan.
Semua didoktrin hitam dan putih. Hanya ada lapisan teratas dan terbawah tanpa tengah.

Pun ia merasa dikhianati.
Sebab aforisme cinta berbalik menyerang, meracuni, menghabisi. Ia terhempas oleh kepercayaannya akan cinta yang sakra.
Kepercayaan yang telah dibangun melalui masa-masa pergulatan yang mewaktu.


Bahwa semua itu bermula pada hari-hari ketika hukum tentang cinta pertama kali dinubuatkan, membuat segalanya lebih buruk. Hukum tersebut mendefinisi siapa yang harus dicintai. Dan bagaimana caranya. Dan seberapa banyak. Kepicikan pragmatis.

_______________

catatan: merupakan alinea-alinea pada bab pertama novel TSDB, and been published here for sentimental reason